Connect with us

Ekonomi

Dampak Covid-19, Perekonomian Kepri Triwulan I/2020 Tumbuh sebesar 2,06%

redaksi.kabarbatamnews

Published

on

3159161596
Foto ilustrasi

Batam, Kabarbatam.com– Perekonomian Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan I 2020 tumbuh sebesar 2,06% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,21% (yoy).

Dampak COVID-19 terhadap perekonomian global, nasional maupun daerah sudah terasa pada triwulan I 2020 ditandai dengan penurunan jumlah wisatawan yang mendorong penurunan kinerja pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, penyediaan akomodasi dan makan minum serta transportasi.

Penurunan kinerja juga terjadi pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang terdampak oleh penurunan harga minyak dan gas di pasar dunia. Sementara itu, aktivitas konstruksi pada triwulan I 2020 juga masih terbatas.

“Namun demikian, masih terjaganya kinerja lapangan usaha industri pengolahan yang merupakan penopang utama perekonomian Kepri dapat menahan perlambatan lebih dalam. Sementara itu pada sisi pengeluaran, perlambatan terjadi pada komponen investasi, konsumsi rumah tangga maupun aktivitas ekspor impor,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau, Musni Hardi K. Atmaja.

Peningkatan konsumsi/belanja pemerintah dalam rangka pencegahan dan penanganan COVID-19 menjadi faktor penahan perlambatan ekonomi pada triwulan I 2020.

Mencermati perkembangan ekonomi global dan nasional, pertumbuhan ekonomi Kepri pada tahun 2020 diperkirakan akan mengalami perlambatan yang bersumber dari penurunan kinerja lapangan usaha utama akibat penurunan jumlah wisatawan, terganggunya pasokan bahan baku, penurunan permintaan global, dan daya beli masyarakat serta penundaan realisasi investasi.

Secara keseluruhan perekonomian Kepri tahun 2020 diperkirakan tumbuh melambat pada kisaran 1,5 – 1,9 % (yoy), atau lebih rendah dari perkiraan sebelumnya dengan asumsi kondisi perekonomian mulai bergerak menuju pemulihan pada triwulan III 2020 seiring dengan adanya penerapan kenormalan baru (new normal) dalam aktivitas ekonomi.

Sementara itu, kata Musni Hardi, realisasi inflasi Kepri pada Mei 2020 tercatat sebesar 0,52% (yoy), lebih rendah dibanding bulan sebelumnya sebesar 1,00% (yoy) maupun inflasi Nasional sebesar 2,19% (yoy).
Penurunan inflasi tersebut sejalan dengan penurunan tekanan inflasi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau serta kelompok transportasi yang terdampak oleh pelemahan permintaan/daya beli masyarakat.

“Bank Indonesia Kepri memperkirakan inflasi Kepri pada tahun 2020 dapat terkendali dibawah kisaran sasaran inflasi sebesar 3 + 1%. Upaya pengendalian inflasi oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus dilakukan melalui implementasi strategi 4K (ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga dan komunikasi efektif),” paparnya.

Perkembangan kinerja perbankan di Kepri hingga April 2020 masih terjaga, tercermin dari indikator perbankan yang masih tumbuh didukung risiko kredit yang terkendali.

Namun demikian, berlanjutnya ketidakpastian ekonomi sebagai dampak penyebaran COVID-19 perlu diwaspadai seiring melemahnya kinerja korporasi disertai potensi peningkatan risiko kredit yang mendorong perbankan lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit.
Penyaluran kredit di Kepri (lokasi proyek) pada April 2020 tumbuh 0,36% (yoy), melambat dibandingkan triwulan IV 2019 yang bersumber dari penurunan penyaluran kredit konsumsi dan modal kerja. Secara sektoral, perlambatan penyaluran kredit terjadi pada 4 (empat) lapangan usaha utama yaitu industri pengolahan, konstruksi, pertambangan dan penggalian, serta perdagangan besar dan eceran.

Sementara itu Dana Pihak Ketiga (DPK) pada April 2020 tumbuh 18,25% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan IV 2019 didorong oleh seluruh jenis DPK yaitu giro, tabungan, dan deposito yang mengalami peningkatan pertumbuhan. Hal ini mengindikasikan adanya penurunan konsumsi/belanja masyarakat serta aktivitas usaha.

Dengan demikian, secara keseluruhan proses intermediasi perbankan yang dicerminkan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR) mengalami penurunan dari 100,09% pada Desember 2019 menjadi 89,75% pada April 2020. Pada periode yang sama tingkat Non-Performing Loan (NPL) gross di Kepri meningkat dari 4,19% menjadi 5,59%.

Ditambahkan Musni Hardi, Sejalan dengan kondisi perekonomian Kepri yang melambat, transaksi tunai mengalami penurunan yang tercermin dari menurunnya neto penarikan uang kartal oleh perbankan dari BI Prov. Kepri (kontraksi net outflow) sebesar -77,1% (yoy).

Pada Mei 2020 dimana berlangsung Idul Fitri, penarikan uang kartal oleh perbankan dari BI Prov. Kepri (outflow) tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang disebabkan oleh rendahnya kebutuhan uang kartal di masyarakat pada periode Ramadhan dan Idul Fitri. Realisasi outflow pada periode tersebut tercatat sebesar Rp1,16 triliun, jauh dibawah perkiraan sebesar Rp2,4 Triliun maupun outflow pada periode Ramadhan-Idul Fitri tahun sebelumnya sebesar Rp 2,5 Triliun.

Penurunan outflow didorong oleh adanya pergeseran cuti lebaran, larangan mudik, penurunan pendapatan masyarakat, pembatasan sosial dan seiring meningkatnya penggunaan transaksi digital di masa pandemi COVID-19.

“Dalam upaya menjaga kelancaran transaksi tunai dan memastikan hygienitas uang tunai pada masa pandemi COVID-19, Bank Indonesia menerapkan karantina dan penyemperotan desinfektan terhadap uang setoran yang diterima sebelum dilakukan pengolahan. Terhitung sejak awal merebaknya COVID-19 di Indonesia sampai dengan 18 Juni 2020 jumlah uang setoran bank yang diterima oleh BI Prov. Kepri berjumlah Rp1,4 Triliun,” urainya.
Dari jumlah tersebut sebanyak Rp295 Miliar telah diolah sementara sisanya masih menunggu untuk dilakukan pengolahan/karantina.

Bank Indonesia sebagai otoritas di bidang Sistem Pembayaran terus mendorong penggunaan transaksi secara non tunai menggunakan kartu debit, kartu kredit, mobile banking, dan Uang Elektronik (UE) termasuk penggunaan QRIS (QR Code Indonesian Standard) di masa pandemi COVID-19.
Jumlah nominal transaksi menggunakan UE pada April 2020 tercatat sebesar Rp128,3 miliar meningkat 34% dari transaksi UE pada Maret 2020. Seiring dengan peningkatan tersebut, jumlah merchant QRIS di Kepri hingga 19 Juni 2020 telah mencapai 35,343 unit yang sebagian besar berada di Kota Batam, disusul Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan. (*)

Advertisement

Trending