Connect with us

Batam

Puisi Wiji Thukul Memecah Keheningan Baloi Kolam, Uba: Puisi Adalah Kata-Kata Jujur

redaksi.kabarbatamnews

Published

on

Img 20230619 Wa0113
Tiga Dewan Juri Baca Puisi, masing-masing: Romo Pascal, Mbak Indra, Samson Rambah Pasir.

Batam, Kabarbatam.com – Suasana di Baloi Kolam, Batam, Sabtu (17/6) benar-benar berbeda. Jika pada malam-malam biasa, wilayah ini terasa sedikit hening, pada Sabtu malam lalu berubah menjadi ramai. Puisi-puisi karya para ‘maestro’ seketika menecah keheningan di seantero Baloi Kolam.

Ya, pada malam itu, orang-orang dari berbagai elemen masyarakat berkumpul. Ada penyair, budayawan, aktivis, pelukis dan tokoh pemuda.

Bahkan pelajar, mahasiswa, wartawan, politisi hingga pastor juga hadir. Mereka berkumpul meramaikan Baloi Kolam untuk menyatu dengan masyarakat. Rasa persaudaraan dan kekeluargaan pun seketika terasa di ‘jantung kota’ Batam ini.

Seketika, di panggung Baloi Kolam, terdengar suara seorang perempuan membaca puisi. Suaranya bergetar, sesekali meneriakkan bait-bait puisi yang telah dirangkai. Bahkan bait puisi itu  dulu pernah begitu ditakuti penguasa yang 32 tahun memerintah negeri ini.

“Maka hanya ada satu kata: lawan!”. Suasana di Baloi Kolam malam itu memang benar-benar beda dari biasanya. Puisi yang dibacakan seakan menggetarkan sanubari dan membangkitkan semangat orang-orang yang mendengarnya.

Puisi itu begitu lantang dibacakan. Ingin menunjukkan bahwa semangat rakyat masih membara.

Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa

Kalau rakyat bersembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar

Bila rakyat berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!

(Wiji Thukul, 1986)

Puisi-puisi dari para peserta yang tampil mampu memukau masyarakat yang hadir. Meski sedikit formil, tapi suasana di sekeliling tetap tampak santai. Di sekitar lokasi acara, yakni di Fasum RT 02, RW 16, Baloi Kolam, Baloi, Lubukbaja, Batam juga tampak para aktivis LSM Gerakan Bersama Rakyat (Gebrak)  Kota Batam. Mereka berkumpul, dan berbincang santai.  Menikmati puisi sembari menyeruput seduhan kopi panas.

Kalau biasanya mereka muncul untuk memperjuangkan rakyat dalam aksi demo, kali ini mereka mengemas sebuah acara yang berbeda yakni  menggelar lomba baca puisi. Sebuah kegiatan yang sangat jarng lagi terdengar.

Malam itu, LSM Gebrak menggelar lomba baca puisi yang diikuti 30 orang penyair, wartawan, ibu rumah tangga sampai siswa sekolah menengah pertama. Mereka tidak hanya berasal dari Batam saja, ada yang juga dari Tanjungpinang.

Mereka yang tampil malam itu merupakan hasil seleksi dari 62 peserta yang sebelumnya mendaftarkan diri pada panitia melalui video membaca puisi. Jurinya, terdiri dari penyair dan aktivis anti perdagangan orang. Yaitu, Samson Rambah Pasir, Romo R D Paschal, dan Indrawati Sugiantiningsih.

Mereka bertiga akhirnya sepakat memilih orang peserta terbaik sebagai juara. Yaitu, juara 1 diraih oleh Jefi Chandra, juara 2 Latisya Arwa Jossi, juara 3, Rizaldi Abdi Razak, dan juara harapan Nabila Putri Akhyar.

Dari penampilan pertama hingga akhir para peserta mampu memukau ratusan penonton yang hadir. Peserta dengan baik membawakan puisi-puisi karya WS Rendra, Widji Thukul, Toto Sudarto Bachtiar, Asep S. Sambodja, Sutardji Calzoum Bachri, atau Joko Pinurbo. Apalagi puisi-puisi yang dilombakan menyuarakan keadilan.

Uba Ingan Sigalingging, ‘pentolan’ LSM Gebrak, mengatakan, Puisi adalah kata-kata penuh makna. Kata-kata yang jujur. Tidak ada yang bohong dalam puisi.

“Maka, ibu-ibu dan bapak-bapak kalau ingin dengar kejujuran, bacalah puisi. Karena puisi tidak pernah bohong,” ujar  Uba Ingan Sigalingging, yang kini dipercaya masyarakat Kota Batam menjadi anggota DPRD Provinsi Kepri.

Uba juga menyampaikan terima kasih pada masyarakat Baloi Kolam, khususnya pada warga yang telah hadir pada malam tersebut. Juga berterima kasih pada tamu undangan yang telah hadir, termasuk tiga orang dewan juri yang telah menyempatkan waktunya berpartisipasi dalam acara tersebut.

“Saya senang bisa tampil baca puisi ‘Tanah Air Mata’ karya ayah Sutardji Calzoum Bachri di sini. Saya senang dengan puisi ini, sampai hafal,” ujar salah seorang peserta, Nabila Putri Akhyar.

Nabila tidak berburu juara dalam lomba puisi ini. Dari Tanjungpinang dia diantar anyahnya, Nizamul Akhyar. Khusus hanya untuk bisa ikut lomba membaca puisi. Karena sejak masih duduk di bangku awal sekolah dasar, putri sulung wartawan senior Tanjungpinang itu memang sudah jatuh cinta pada puisi.

Ketua LSM Gebrak Agung Widjaja mengatakan, acara lomba Baca Puisi ini dimaksudkan untuk memberi makna pada kata. “Ruli Baloi Kolam sengaja kami pilih untuk menggelar pentas tersebut sebagai pesan kepada pemerintah, bahwa, keberadaan masyarakat ruli tidak boleh dinihilkan,” pungkasnya. (*/war)

Advertisement

Trending