Connect with us

Batam

Was-Was Virus Corona, Investor di Batam Harap Insentif Dampak Kelangkaan Bahan Baku dari China

redaksi.kabarbatamnews

Published

on

F115036416
Wakil Ketua Koordinator Himpunan Kawasan Industri (HKI) Provinsi Kepri, Tjaw Hioeng.

Batam, Kabarbatam.com– Virus Corona yang merebak di China dan beberapa negara juga berdampak bagi dunia industri di Batam. Kelangkaan bahan baku dari negara pemasok, terutama China, membuat kegiatan produksi di industri terganggu, terutama industri manufaktur.
Wakil Ketua Koordinator Himpunan Kawasan Industri (HKI) Provinsi Kepri, Tjaw Hioeng mengatakan, Kasus Coronavirus ini, pasti akan menghambat peredaran dari flow of goods, flow of people dan flow of money.
“Yang kami sampaikan dengan flow of goods itu tidak hanya bahan baku, tapi juga bahan baku penolong dan bahan semi jadi lainnya yang di produksi oleh mother company mereka di China maupun Perusahaan Global Supply Chain lainnya yang telah terikat kontrak dengan Perusahaan Manufacture di Batam,” ungkapnya kepada Kabarbatam.com.
Dikatakan Tjaw, memang perkembangan Coronavirus di China trend nya sudah menurun, tapi di negara-negara lainnya seperti Jepang, Korea Selatan dan Eropa terutama Italia sedang berkembang biak dengan dahsyatnya. Dalam waktu 5 hari, misalnya di Korea Selatan meningkat 6 kali lipat (tgl 27 masih di angka 763 orang dan per 2 Maret jam 00.00 menjadi 3.736 orang).
Kemudian di Italia dari 229 orang menjadi 1.694 orang. Jepang juga telah menutup semua sekolah dan Disney land bahkan penundaan penyelenggaraan dari Olimpiade 2020. Kontribusi dari China, Jepang dan Korea terhadap perekonomian dunia sebesar 24%. Mata rantai pasokan global semakin terancam.
“Kemarin LG Innotek (Perusahaan penyuplai untuk camera module buat apple) dan Samsung di Korea Selatan secara resmi memberitakan untuk shutdown.”
Lalu apa solusi jangka pendek, yang kita harap dari Pemerintah melakukan lobby secara G to G, supaya operator-operator yang berada di centra-centra industri dan logistics di sana kembali kerja sehingga tidak terjadi kelangkaan supply.
“Kemudian Pemerintah dapat memberikan insentif non fiscal terkait penundaan atas pajak dan restribusi daerah seperti pembebasan pengenaan Pajak Penerangan Jalan Umum (PPJU), Pajak untuk orang asing yang bekerja USD100 per bulannya, Pengurangan atas BPHTB dan pajak-pajak lainnya yang diberlakukan di Daerah,” ujar Tjaw.
Manager Admin dan General Affair Kawasan Industri Batamindo ini menambahkan, kemudian terkait TKA yang masih berada di China, harus dicarikan jalan keluar supaya mereka-mereka ini dapat kembali ke Batam untuk dapat memberikan instruksi kerja kepara karyawan-karyawannya serta percepat kenaikan batasan atas Penghasilan Tidak Kena Pajak.
Tak kalah penting, sambung Tjaw, terkait masalah keamanan yaitu meminilisir aksi-aksi unjuk rasa yang sering kali di sampaikan oleh Perusahaan Manufacture bahwa sangat mengganggu kegiatan produksi. “Sedangkan untuk jangka menengah dan panjang, Batam sangat perlu dibangun industri-industri Global Supply Chain,” pungkasnya.(aan)

Advertisement

Nasional

Trending