Connect with us

Batam

M. Endipat Wijaya, MM, Sosok Rendah Hati yang Ingin Berkontribusi untuk Masyarakat Kepri

redaksi.kabarbatamnews

Published

on

1676205761210
M. Endipat Wijaya, MM.

SENYUMNYA merekah kala ia menerima salah satu warga Kepri yang menyapa. Seketika langkahnya terhenti. Ia menoleh dan mengahampiri. Dengan segera tangan kanannya ia julurkan untuk menyalami, dibarengi dengan tangan kirinya menepuk pundak sang penyapa.

Ia kemudian menarik kedua tanganya secara bersamaan yang menyebabkan tubuh sang penyapa hinggap di dadanya. keduanya berangkulan. Hangat.

Perilaku hangat yang demikian, pasti kerap dialami oleh orang yang berjumpa dengan sosok Endipat Wijaya. Jika bertutur, intonasinya teratur. Jika berdiskusi, tidak menggurui. Jika menyatakan pendapat, tidak memaksakan.

Padahal, Endipat Wijaya adalah sosok yang secara pendidikan cukup mapan. Ia merupakan lulusan Sarjana Strata 1 dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Sementara gelar Magister pria yang saat ini menjadi staf ahli di Kementerian Pertahanan ini diperoleh dari Swiss-German University.

Sejak 10 tahun terakhir, Bang Endi, begitu sapaan akrabnya, sudah mengarahkan perhatiannya ke Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Ia banyak bergaul dengan tokoh-tokoh Kepri, baik dari kalangan pengusaha, politisi, tokoh agama, tokoh pemuda, akademisi, dan tokoh masyarakat lainnya.

Perhatiannya kian serius dalam lima tahun terakhir, seiring pengetahuannya yang semakin luas akan wilayah Kepri dan masyarakatnya.

“Setiap provinsi di Indonesia memang memiliki kekhasannya sendiri-sendiri, tapi hanya Kepri yang punya 2.408 pulau dan 8 perbatasan wilayah, yaitu 4 perbatasan negara dan 4 provinsi. Di Utara Kepri berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja; di Timur ada Kalimantan Barat dan Malaysia; di Selatan berbatasan dengan Kepulauan Bangka Belitung dan Jambi; dan di Barat berbatasan dengan Malaysia lagi, juga Singapura dan Provinsi Riau.” Begitu Bang Endi mengawali diskusi disuatu ketika.

“Dari posisi geografisnya saja terlihat betul Kepri sangat strategis. Strategis dalam arti ekonomi, politik, dan pertahanan. Konkretnya dalam perdagangan dan pergaulan internasional,” katanya lagi.

IMG_20230829_121206

Ia menunjukkan, Natuna yang berada di utara Indonesia berbatasan dengan Laut China Selatan, Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Ketegangan di Laut China Selatan, setelah China mengklaim wilayah itu, menegaskan posisi geopolitik dan geostrategis Natuna yang sangat krusial.

“Dunia tahu sumber daya alam di perairan Kepri, di laut maupun di bawah dasar lautannya. Dunia juga tahu perairan Karimun dan Batam berbatasan dengan Selat Malaka. Ini adalah jalur pelayaran tersibuk di dunia, yang menghubungkan Samudra Hindia dengan Samudra Pasifik melalui Laut China Selatan,” terang Bang Endipat.

“Itu sebabnya Indonesia membangun pangkalan Gabungan di Natuna, kemudian pada 2019 membentuk Pangkalan Komando Gabungan Wilayah I yang bermarkas di Kota Tanjung Pinang, ini untuk melindungi kepentingan wilayah (pertahanan), ekonomi, dan politik Indonesia.”

Bang Endipat sadar betul, ekonomi, politik, dan pertahanan tidak bisa dipisahkan dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan sebuah wilayah. Apalagi pembangunan di pulau-pulau terdepan Indonesia seperti Kepulauan Riau.

“Kita tahu,” Bang Endipat menguraikan, “Luas wilayah Kepri yang 8.201,72 kilometer persegi itu 96 persennya adalah lautan, hanya 4 persennya berupa daratan. Artinya Kepri paling tepat disebut sebagai wilayah maritim dalam arti sesungguhnya. Karena itu, kenyataan sebagai daerah maritim ini harus menjadi kesadaran para pemimpin politik, tokoh-tokoh masyarakat, kalangan akademisi, juga masyarakat luas.”

Sebagai lulusan Teknik Pertambangan ITB, Bang Endipat mengetahui potensi sumber daya alam yang ada di Kepri. Ia mencatat, Kepri memiliki sumber daya mineral dan energi yang cukup berlimpah. Baik berupa bahan galian A (strategis) seperti minyak bumi dan gas alam, maupun bahan galian B (vital) seperti timah, bauksit, dan pasir besi, selain bahan galian C, seperti granit, pasir, dan kuarsa.

“Belum lagi potensi perikanan lautnya,” lanjut Bang Endipat. “Di Pulau Setoko, terdapat pusat pembenihan ikan kerapu yang mampu menghasilkan lebih dari 1 juta benih setahunnya. Di Telaga Punggur, Batam, ada pelabuhan perikanan yang sangat strategis karena berdekatan dengan Singapura. Jika ditambah dengan potensi pertanian dan pariwisatanya, Kepri seharusnya bisa mensejahterakan seluruh masyarakatnya dan menjadi leading province di Indonesia,” pungkasnya. (**”)

Advertisement

Trending