Connect with us

Batam

Carut Marut Pengelolaan Kepelabuhanan Menyebabkan Runtuhnya Industri Maritim Batam

redaksi.kabarbatamnews

Published

on

F43504160

Batam, KABARBATAM.COM – Dalam pemberdayaan potensi Batam sebagai wilayah strategis ekonomi kerena letaknya yang secara geografis sangat berbeda pemahaman dan pelaksanaannya yang saat ini difahami serta dijalankan dalam menggerakkan perekonomian Batam.
Misalnya sebagaimana undang-undang Kawasan Free Trade Zone dan PP 46/2007 sebagai pertimbangan dimana letak Batam di sisi jalur perdagangan internasional paling ramai di dunia dan perannya yang demikian penting sebagai salah satu gerbang ujung tombak ekonomi Indonesia merupakan pertimbangan utama bagi penetapan Batam sebagai Kawasan FTZ.
Memahami keunggulan Batam;
Posisi Batam yang sangat strategis merupakan “District Reserve” yang tidak dapat dinilai dengan angka namun memiliki potensi ekonomi yang sangat besar dan berkelanjutan. Tidak seperti daerah lain yang kaya Sumber Daya Alam (SDA) maka berbeda cara pengelolaan perekonomiannya. Menggerakkan perekonomiannya berbasis SDA yang dimiliki.
Mereka dapat mengekploitasi minyak bumi mereka, Gas Alam mereka, Batubara mereka dan “multiplier effect” ekonomi yang ditimbulkannya. Tapi SDA tersebut ada batasnya akan habis pada waktunya.
Tidak seperti Batam yang hanya diberi berkah letak strategis yang justru merupakan potensi yang tidak dimiliki daerah lain bahkan negara lain.
Maka apabila dikelola potensi maritim dengan baik akan memberi kemakmuran bagi rakyat dengan tetap menjaga dan terus mengembangkan sektor industri lainnya.Disamping letaknya yang strategis Batam telah memiliki infrakstruktur yang tersedia mulai dari pelabuhan, shipyard, teknologi, tenaga kerja trampil, rantai transportasi yang menjamin
ketersediaan kebutuhan orang dan barang, berbagai hotel berbintang, kuliner dan
entertainment menjadikan Batam sesuai untuk dijadikan tempat yang ideal bagi industri perkapalan dan pelayaran.
Letak geografis Batam yang unik dan khusus menjadikan posisinya begitu sentral, karena dapat dijadikan sebagai pintu gerbang bagi arus masuk investasi, barang, dan jasa dari luar negeri yang berguna bagi peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Mengingat letaknya tepat pada jalur kapal laut internasional maka kawasan Batam dapat menjadi pusat pelayanan kapal-kapal domestik maupun internasional. Karena strategis itulah maka Batam menjadi “sexy” akan tetap dilirik dan tidak mungkin ditinggalkan dalam kondisi apapun
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Dewan Perwakilan Wilayah Indonesian National Shipowners’ Association (DPW INSA) Osman Hasyim, kepada Kabarbatam.com, Senin (13/4/2020).
Osman mengatakan, sebagai daerah yang memiliki wilayah yang strategis sudah seharusnya Batam menjadi daerah yang makmur dan disegani. Namun, kenyataannya dengan potensi sumber daya maritim yang berlimpah, Batam seakan tak berdaya.
“Akibat pengelolaan seperti sekarang ini yang hanya mengejar pendapatan melalui jasa kepelabuhanan dengan cara sembarangan mengakibatkan kerugian yang sangat besar. Tidak hanya kerugian ekonomi akan tetapi kerugian psikologis karena tidak adanya kepastian hukum dan hilangnya kepercayaan bagi kapal-kapal untuk melakukan kegiatannya di Batam,” ujar Osman.
Tak hanya itu, hilangnya kepercayaan akibat dari banyaknya pungutan diluar ketentuan Ini mengakibatkan kapal-kapal yang ingin berkunjung melihat Batam sangat menakutkan, menjadikan biaya kepelabuhanan dan biaya lain yang harus ditanggung menjadi sangat mahal, bahkan sebagian mereka bersumpah tidak akan lagi memasukkan kapalnya ke Batam.
“Pelaksanaan kebijakan kepelabuhanan Batam yang salah menyebabkan terbunuhnya industri maritim kita, dari 115 perusahaan shipyard di Batam, diperkirakan hanya 30 persen yang masih aktif mengerjakan proyek kapal. Sebagai industri padat karya, penurunan proyek pembuatan dan perawatan kapal menyebabkan anjloknya serapan tenaga kerja,” ungkap Osman.
Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kepri, tahun 2012 tenaga kerja
galangan kapal di Batam mencapai 250 ribu orang, 100 ribu di berbagai industri pabrikasi angjungan lepas pantai/off-shore dan industri penunjang minyak dan gas. Sementara saat ini hanya mencapai 15 ribu orang dan sekitar 335 ribu orang di kehilangan pekerjaan.
“Potensi maritim Batam itu bak tambang emas yang tidak ada habis-habisnya, letak Batam yang strategis dan unik menjadi sumber daya berkelanjutan dan tidak dimiliki daerah lain bahkan negara lain. Tapi mengapa industri maritim kita hancur? Pasti ada yang salah..!,” kata Osman.
Faktanya, bahwa di periode krisis ekonomi tahun 1998, tahun 2008, tahun 2010 dan tahun 2014 Batam selamat dari krisis. Sejak tahun 2017 sampai dengan saat ini industri maritim dan pelayaran Batam jeblok (lihat statistik).
“Lantas bagaimana kesiapan Batam menghadapi turunnya perekonomian yang sedang terjadi? Apa langkah kita mempersiapkan diri dari terpaan gelombang resesi jauh lebih besar yang sebentar lagi akan terjadi?,” tutur Osman Hasyim.
“Kita semua berharap industri maritim dan pelayaran bangkit kembali memberi kontribusi pertumbuhan ekonomi Batam dari hantaman badai resesi ekonomi dunia yang akan terjadi,” lanjut Osman
“Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Batam mendesak Kepala BP Batam dan para Deputi/Anggota Bidang-nya berani menekan tombol secara bersamaan “Ctr + Alt + Del”. Ya sekarang juga..!!,” tegasnya.
Penyelenggaraan dan pengelolaan pelabuhan Batam harus di “Reset” dan harus di “Restart” dan ini sebuah keniscayaan yang mutlak. (Tok)

Advertisement

Trending