Connect with us

Metropolitan

Himbauan Polda Kepri Terkait Pencegahan dan Pengobatan Virus Cacar Monyet

redaksi.kabarbatamnews

Published

on

F75885336

BATAM, KABARBATAM.com– Kepolisian Daerah (Polda) Kepri menyampaikan himbauan kamtibmas terkait informasi, pencegahan, dan pengobatan virus cacar monyet. Beberapa waktu lalu, seorang WN Nigeria, 38 tahun, teridentifikasi kena cacar monyet saatbaru tiba di Singapura.
Kabid Humas Polda Kepri Kombes Pol S Erlangga mengatakan,
heboh penyakit ini ketika 28 April 2019 lalu, warga negara (WN) Nigeria, 38 tahun, teridentifikasi kena cacar monyet pas baru tiba di Singapura.
Penyakit langka ini disebabkan virus, menular ke manusia melalui hewan. Kita sadari bahwa Kepri sendiri berdekatan dengan Singapura, sehingga kita harus siap dan sigap mengantisipasinya. Informasi awal monkeypox kali pertama diidentifikasi tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo (dulu Zaire).
Sejak tahun 1970, monkeypox terjadi pada 10 negara Afrika, yakni; Republik Demokratik Kongo, Rep Kongo, Kamerun, Rep Afrika Tengah, Nigeria, Pantai Gading, Liberia, Sierra Leone, Gabon dan Sudan Selatan. “Monkeypox di luar Afrika, 2003 di AS, tahun lalu dua kasus di Inggris, dan satu di Israel,” ujar Erlangga, Jumat, 17 Mei 2019.
Erlangga mengatakan, penularan cacar monyet terjadi akibat kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit atau mukosa pada hewan yang terinfeksi (kera, tikus, dan tupai). Selain itu, makan daging hewan terinfeksi (masak tidak matang) juga faktor risiko terkena virus.
Penularan sekunder dari manusia ke manusia, akibat kontak langsung dengan lendir dari saluran pernapasan orang yg terinfeksi, lesi kulit orang yang terinfeksi/benda yang terkontaminasi cairan dari tubuh pasien atau dari lesi. Penularan melalui partikel pernapasan, butuh kontak tatap muka berkepanjangan, sehingga anggota rumah tangga orang terinfeksi berisiko terkena lebih besar.
Gejala Monkeypox, menurut Erlangga, masa inkubasi cacar monyet (interval infeksi s/d timbul gejala) 5 hingga 21 hari dan infeksi terbagi dua periode, yakni:
• Periode invasi (0-5 hari) ditandai demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), nyeri punggung, mialgia (nyeri otot) dan asthenia yg intens (kekurangan energi).
• Periode erupsi kulit ( 1-3 hari setelah muncul demam) berbagai ruam muncul, mulai wajah menyebar ke bagian tubuh. Wajah (95% kasus), dan telapak tangan dan telapak kaki (75% kasus) paling terpengaruh. Evolusi ruam maculopapules (lesi dg basis datar) ke vesikel (lepuh isi cairan kecil), pustula, diikuti kerak terjadi sekitar 10 hari.
Mungkin perlu waktu tiga minggu sebelum semua itu lenyap dari kulit. Jumlah lesi bervariasi dari sekian sampai dengan beberapa ribu, mempengaruhi membran mukosa mulut (70% kasus), genitalia (30%), konjungtiva (kelopak mata) (20%), serta kornea (bola mata). Beberapa pasien alami limfadenopati parah (bengkak kelenjar getah bening) sebelum muncul ruam ciri khas cacar monyet dibanding penyakit serupa lainnya.
Berikut pencegahan agar tidak tertular cacar monyet:
• Hindari kontak dg tikus dan primata terinfeksi, serta batasi paparan langsung thd darah dan daging yg tidak dimasak dgn baik.
• Batasi kontak fisik dgn orang terinfeksi atau hindari bahan terkontaminasi.
• Pakai sarung tangan dan pakaian pelindung saat merawat orang sakit atau tangani hewan yg terinfeksi.
• Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Pengobatan dan vaksin: Tidak ada perawatan khusus atau vaksin untuk cacar monyet. Wabah cacar monyet sejauh ini masih dapat dikendalikan. Vaksinasi cacar terbukti 85 persen efektif mencegah cacar monyet di masa lalu.
Penyakit cacar monyet biasanya sembuh sendiri dari gejala 14 sampai dengan 21 hari. Kasus parah terjadi lebih sering pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan dan tingkat keparahan komplikasi pasien. Untuk kasus kematian terjadi bervariasi, infonya 10% kasus sebagian besar anak-anak. (*)

Advertisement

Trending