Connect with us

Natuna

Penutupan Akses Masuk ke Natuna Sulit Dilakukan, Ini Tanggapan Komisi I DPRD Natuna

redaksi.kabarbatamnews

Published

on

F32198920

Natuna, Kabarbatam.com – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Natuna menerima kunjungan MPC Pemuda Pancasila dan Srikandi Pemuda Pancasila, di Ruang Banggar DPRD Natuna, Jalan Yos Sudarso, Ranai, Selasa (14/4/2020).
Pertemuan lintas komisi ini dipimpin langsung oleh Ketua DPRD Natuna, Andes Putra bersama Ketua Komisi I, Wan Arismunandar, hadir juga beberapa anggota DPRD diantaranya Wakil Ketua Komisi I, H. Pang Ali, Sekretaris Komisi I, Husin, Anggota Komisi I, Ibrahim, Wakil Ketua Komisi II, Hendry FN, Anggota Komisi III, Erwan Haryadi dan Daeng Amhar.
Ketua MPC Pemuda Pancasila Natuna, Fadillah mengatakan dengan ditutupnya pintu-pintu pelabuhan dan Bandara, pihaknya menilai Natuna akan lebih aman dari wabah Covid-19.
Pasalnya orang-orang yang telah terpapar Covid-19, mempunyai riwayat perjalanan dari daerah luar, terutama dari daerah yang telah dikategorikan sebagai Zona merah.
“Berkenaan penyebaran Covid-19 ini sudah sangat rentan, kami minta menutup segera semua pintu masuk Pelni maupun Bandara,” pintanya.

Selanjutnya Fadillah menyampaikan meskipun ada kendala pada aturan dan konsekuensi saat menutup pintu-pintu pelabuhan dan Bandara, pihaknya menyampaikan opsi kedua yakni mengkarantinakan seluruh warga yang datang dari daerah luar tanpa terkecuali.
“Kami minta DPRD untuk bisa menyarankan opsi kedua itu kepada Pemerintah Daerah. DPRD juga harus siap merevisikan APBD jika dibutuhkan,” tegas Fadillah.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Komisi I DPRD Natuna Wan Arismunandar mengakui ada kendala dan konsekuensi jika dilakukan penutupan pintu-pintu Pelabuhan dan Bandara.
Menurut Wan Aris, salah satu konsekuensi yang akan didapat ketika Kapal penumpang Pelni dihentikan, nantinya akan menjadi sulit ketika masyakat menginginkan Kapal tersebut kembali melayani rute Natuna.
“Saya sudah berkoordinasi dengan pihak Pelni, kendalanya adalah saat ini Anambas sudah meminta duluan untuk ditutup pelabuhannya. Karena kalau kita juga ikut nutup, maka kapal itu akan dialihkan ke daerah lain, dan pada nantinya tidak mudah meminta kapal itu kembali melayani kita, dan akan melalui proses panjang,” jelas Wan Aris.
Sementara upaya menutup akses penerbangan di Natuna kata Wan Aris, terkendala pada kebutuhan darurat bagi masyarakat sendiri.
Pasalnya Rumah Sakit di Natuna saat ini belum memiliki alat tes darah dalam melakukan pengecekan terhadap pasien PDP Covid-19, maka demikian harus di bawa ke RS Batam.
“Pesawat ini pasti tak bisa di tutup, karena RS kita belum memiliki alat tes untuk darah, dan alat itu mahal sekali, jadi pesawat pasti tidak bisa di tutup,” tukasnya. (dan)

Advertisement

Trending