Connect with us

Headline

Tarif Ekspor dari Pelabuhan di Kepri Mahal Bikin Pelaku Usaha Kalah Saing

redaksi.kabarbatamnews

Published

on

F35145400

Tanjungpinang, Kabarbatam.com– Kepulauan Riau (Kepri) secara geografis berada di perbatasan dengan negara tetangga, Singapura dan Malaysia. Secara teori, mestinya ekspor melalui pelabuhan di Kepri lebih murah. Faktanya, justru lebih mahal dua kali lipat!
“Kepri butuh pelabuhan hub internasional. Supaya ekspor melalui Kepri bisa lebih murah atau sama seperti pelabuhan di Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, dan Lampung,” ungkap Ady Indra Pawennari, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI), Minggu (23/6/2019).
Pria peraih anugerah Pahlawan Inovasi Teknologi Tahun 2015 ini, tak asal cuap. Sebagai eksportir sabut kelapa dan produk turunannya, dia punya pengalaman pribadi untuk itu.
“Saya punya pengalaman melakukan ekspor dari Batam ke China, lebih mahal dua kali lipat. Dibandingkan ekspor melalui pelabuhan lainnya. Anda bisa bandingkan, saya ekspor melalui Batam ke China kena biaya USD 1.500 per kontainer,” bebernya.
Sementara ekspor melalui pelabuhan lainnya, dari pelabuhan Tanjungpriok di Jakarta, Tanjungperak di Surabaya, Tanjungmas di Semarang, Panjang di Lampung dan Belawan di Medan, biayanya hanya di kisaran USD 650 – USD 800 per kontainer.
“Imbasnya, ratusan industri kecil dan menengah (IKM) di Kepri dan sekitarnya yang menggantungkan hidupnya dari pasar ekspor mati pelan-pelan. Ya, tak bisa bersaing dengan IKM di Jawa, Lampung dan Medan. Mereka lebih dekat ke pelabuhan hub internasional,” katanya.
Idealnya, kata Ady, Kepri di tahun 2019 ini bisa mendapatkan pembangunan pelabuhan hub internasional dari pemerintah pusat. Karena, Kepri berada di wilayah perbatasan, yang berarti memiliki potensi dan nilai strategis secara ekonomi, pertahanan dan keamanan.
Di tahun 2018, ada 227 proyek kategori strategis nasional atau disebut Proyek Strategis Nasional (PSN) di seluruh Indonesia yang digelontorkan oleh Presiden Jokowi.
Namun, Kepri hanya dapat 1 proyek, yakni bendungan Seigong di Batam. Kondisi ini menampilkan fakta, Kepri perlu pemimpin yang punya kemampuan manajerial hebat, dan bervisi jauh ke depan. Sekaligus, kuat dalam bargaining.
Kerisauan Ady tentang perlunya Kepri memiliki pelabuhan hub internasional ini, bukan baru sekarang dia sampaikan. Tapi, sudah disuarakannya melalui berbagai forum diskusi bersama pemangku kepentingan di level nasional sejak 10 tahun lalu.
“Yang membuat ongkos logistik kita mahal karena kapal dari Kepri dan sekitarnya harus alih muatan di Singapura. Karena itu, sudah saatnya Kepri memiliki pelabuhan hub internasional,” katanya. (*)

Advertisement

Trending